ASKEB
NEONATUS, BAYI DAN BALITA
IKTERUS
BAYI BARU LAHIR
Disusun
: kelompok 3
1. Indah
Sri Wijayanti ( 11.0.B.891)
2. Indah
Susilowati (11.0.B.892)
3. Isna
Azidun N.Z (11.0.B.893)
4. Lia
Kristiana (11.0.B.894)
5. Liang
Rito Misiyanti (11.0.B.895)
6. Lina
Dwi P (11.0.B.896)
7. Lusiana Hardiyanti (11.0.B.897)
8. Masterina
(11.0.B.898)
9. Mega
(11.0.B.898)
10. Sulartini
(10.0.B.)
AKADEMI KEBIDANAN
MITRA
HUSADA KARANGANYAR
2012
IKTERUS
BAYI BARU LAHIR
A.
Konsep
Dasar
Ikterus
adalah
perubahan warna kulit / sclera mata (normal berwarna putih) menjadi kuning
karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Bilirubin
adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan Hemoglobin (zat
merah darah) dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses di liver, dan akhirnya diekskres
oleh liver ke empedu, kemudian ke usus.
B.
Gejala
Ikterus pada bayi yang baru lahir merupakan suatu hal
yang fisiologis (normal), Ikterus pada bayi baru lahir pada minggu
pertama terjadi pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Tapi juga
bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya akibat
berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan
saluran empedu, sehingga memerlukan pemeriksaan dan tata laksana yang benar.
1. Ikterus Fisiologis
a.
Timbul pada hari ke 2-3
b.
Tampak jelas pada hari
ke-5 sampai dengan ke-6
c.
Kadar bilirubin pada bayi aterm
tidak melebihi 12 mg%, bayi prematur 10 mg%
d.
Ikterus akan menghilang pada hari ke
10(hari ke 14 pada bayi BBLR)
e.
Kecepatan peningkatan bilirubin
tidak meninggi 1 mg %
2. Ikterus patologis
a.
Muncul dalam 24 jam pertama
b.
Peningkatan bilirubin 5 mg/dl atau
lebih setiap 24 jam, atau 1 mg/dl/jam
c.
Peningkatan kadar
bilirubin lebih dari 1 mg/dl
d.
Ikterus menetap sesudah 2 minggu
pertama
Kalau bilirubin terus meningkat
dapat menyebabkan tanda
dan gejala patologi seperti dibawah
ini:
1. Mata
berputar
2. Tertidur
( kesadaran menurun )
3. Sukar
menghisap
4. Tonus
otot meninggi
5. Kejang-kejang
6. Tuli
7. Leher
kaku akhirnya kaku seluruhnya
8. Penurunan
mental
9. Tidak
mau minum
10. Muntah-muntah
11. Sianosis
12. Tampak
lelah
C.
Etiologi
1.
Ikterus
Fisiologi
Yang disebabkan oleh
hemolisis darah janin dan selanjutnya di ganti dengan darah dewasa.
2.
ikterus
patologis
·
Produksi yang
berlebihan
·
Gangguan fungsi hepar
·
Gangguan dalam transportasi
·
Gangguan dalam eksresi
·
Berlawanannya Rhesus darah bayi dan
ibunya
·
Sepsis (infeksi berat)
·
Penyumbatan saluran empedu
D.
Pemeriksaan
1)
Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan
menggunakan pencahayaan yang memadai. Ikterus
tidak terlihat dengan penerangan yang kurang.
3) Tentukan
tingkat keparahan ikterus dengan melihat pewarnaan kuning pada tubuh ( metode
kremer).
Penilaian
Kadar bilirubin dengan Kramer (DEPKES)
Daerah
|
Luas Ikterus
|
Kadar Bilirubin(mg%)
|
1
|
Kuning pada kepala sampai leher
|
5
|
2
|
Daerah 1 ditambah badan bagian atas(dari pusar ke
atas)
|
9
|
3
|
Daerah 2 ditambah badan bagian bawah hingga lutut
|
11
|
4
|
Daerah 3 ditambah ekstremitas pergelangan tangan dan
kaki
|
12
|
5
|
Daerah 4 ditambah daerah ekstremitas (tangan dan
kaki) sampai ujung jari
|
16
|
E.
Penanganan
a) Menyusui
Bayi dengan ASI
b) Terapi
Sinar Matahari
Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan
posisi yang berbeda-beda.Lakukan anatara jam 07.00 sampai 09.00 pagi. Dibawah
jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam Sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga
akan merusak kulit. Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke
matahari karena dapat merusak matanya.Periksa kadar bilirubin jika <7 mg % ulangi besok
harinya, jika lebih dari 7 mg% hubungi dokter.
Jika setelah 3-4 hari kelebihan bilirubin masih
terjadi, maka bayi harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini
macam-macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada.
C) Terapi
Sinar (blue light)
Terapi sinar diberikan jika bilirubin >10 mg %, dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar
bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi,
bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air
tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga
kadar bilirubin agar tidak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang
lebih fatal.
D) Terapi
transfusi
Jika kadar
bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu
dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan
kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus).
Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan
perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, gangguan motorik dan bicara,
serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi sudah
teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar darah akan
dilakukan bertahap.
Bila dengan
sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang
menggembirakan, maka terapi transfuse bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi
maka perlu dilakukan proses transfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul
adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke
dalam tubuh bayi. Meski
begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang
tinggi.
Daftar Pustaka
Arfin Behrman Kligman, Nelson.1999.Dalam Ilmu Kesehatan Anak, volume I, edisi 15. Penerbit: Buku Kedokteran EGC.
Health Technology Assessment Unit
Medical Development Division Ministry of Health Malaysia.2002.Management of neonatal
hyperbilirubinemia.
Surjono A.1995.Hiperbilirubinemia pada
neonatus pendekatan kadar bilirubin bebas. Berkala Ilmu Kedokteran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar